Sabtu, 25 Desember 2010

Mutu Pelayanan RS

PEMAHAMAN MUTU


2.1.     Pengertian Mutu
 “ Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif”. (Wiyono, 1999).

Beberapa pendapat tentang mutu :
1.      Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuanya untuk memberikan kebutuhan kepuasan (American Society for Quality Control).
2.      Mutu adalah “Fitness for Use”, atau kemampuan kecocokan penggunaan (J.M.Juran).
3.      Mutu adalah kesesuaian terhadap permintaan persyaratan (The conformance of requirements- Philip B. Crosby).

Menurut, Philip B. Crosby, ada “empat hal yang mutlak (absolut)” menjadi bagian integral dari manajemen mutu, yaitu bahwa :
1.      Definisi mutu adalah kesesuaian terhadap persyaratan (The Definition of Quality is conformance to requirements).
2.      Sistem mutu adalah pencegahan (The system of quality is prevention).
3.      Standar penampilan adalah tanpa cacat (The performance standard is Zero Defects).
4.      Ukuran mutu adalah harga ketidaksesuaian (The measurement of quality is the price of nonconformance).

2.2.     Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dilakukan dengan pendekatan sistem, artinya memperhatikan proses manajemen mutu sejak INPUT/STRUKTUR, PROSES, dan OUTCOME.

A.     INPUT atau STRUKTUR
“Karakteristik yang relatif stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat dan sumber daya yang dipergunakan, fisik dan pengaturan organisasi di lingkungan kerja. Konsep struktur termasuk manusia, fisik, dan sumber keuangan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan medis”.
Struktur digunakan sebagai pengukuran tidak langsung dari kualitas pelayanan.
Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang penting dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang dikehendaki untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Pengaturan karakteristik struktur yang digunakan mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi proses pelayanan sehingga ini akan membuat kualitasnya berkurang atau meningkat. (Donabedian, 1980).

B.     PROSES
Beberapa pengertian tentang proses :
·        “Interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat) (Depkes RI, 2001).”
·        “Suatu bentuk kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter dan pasien”. (Donabedian, 1980).
·        “Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek, yaitu relevan tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien”. (Muninjaya, 2004).
·        “Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan mengubah input menjadi output.
·        Pengubahan/Transformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasi/produksi menjadi keluaran yang berbentuk produk dan/atau jasa.

C.     OUTPUT/OUTCOME
Tentang output/outcome, Donabedian memberikan penjelasan bahwa outcome secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya bermutu atau tidak, diukur dengan dengan standar hasil (yang diharapkan) dari pelayanan medis yang telah dikerjakan.

2.3.     Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan
Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
o       Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?
o       Apanya yang diukur ?
o       Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?

Untuk dapat memahami hal tersebut diatas perlu diketahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar.

Indikator
Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Contoh : petunjuk indikator atau tolok ukur status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi. Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indikator adalah fenomena yang dapat diukur.
Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes.

Sebagai contoh :
Indikator struktur
·        Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan sebagainya).
·        Anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain.
·        Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan.
·        Metode : adanya standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya.

Indikator proses
Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya, Apakah telah sebagaiman mestinya sesuai dengan prosedur, diagnosa, pengobatan, dan penanganan seperti yang seharusnya sesuai standar.

Indikator outcomes
Merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator klinis lain seperti : Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan sebagainya.


Kriteria
Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh :
Indikator status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria : tinggi badan, berat badan anak.
Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung

Standar
Selanjutnya setelah kriteria ditentukan dibuat standar-standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik. Misalnya : Panjang badan bayi baru lahir yang sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm. Berat badan bayi baru lahir yang sehat standar adalah 3 kg.
  
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.



INDIKATOR MUTU  RUMAH SAKIT

          Indikator mutu rumah sakit ini akan mencerminkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang.

Jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit
I.     Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari
a)     Angka Pasien dengan Dekubitus.
b)     Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
c)      Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.
d)     Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
e)     Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.

II.   Indikator Pelayanan, yang terdiri dari
a)     Angka Infeksi Luka Operasi.
b)     Angka Komplikasi Pasca Bedah.
c)      Waktu tunggu sebelum operasi  effektif.
d)     Angka Appendik normal.

III.Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari
a)     Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
b)     Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
c)      Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan.
d)     Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.

IV.              Indikator tambahan
a)     Angka Kematian di IGD (IGD).
b)     Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
c)      Angka Infeksi RS.
d)     Reject Analisis (Radiologi).
e)     Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
f)       Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
g)     Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).
h)     Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
i)        Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).
j)        Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).


Omahku, tentang Mutu RS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar